siklus transfer informasi


2.1 Pengertian Siklus Transfer Informasi
Secara Etimologi, Informasi berasal dari bahasa Perancis kuno informacion (tahun 1387) yang diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”. Informasi juga dapat diartikan sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.[1]
Informasi adalah proses pemindahan sumber informasi, yang telah diorganisasikan untuk disebarluaskan dari pusat informasi kepada pengguna informasi dengan dikomunikasikan.[2]
Informasi sangat bergantung kepada bidang kepada bidang yang menggarapnya. Di dunia teknologi dan elektronika, informasi merupakan sederet angka yang melambangkan data atau fakta yang siap dimasukkan kedalam mesin-mesin hitung atau bahkan hasil keluaran dan mesin-mesin hitung adalah informasi sekaligus maknanya, sebab informasi mempunyai arti bagi seseorang.[3]
Menurut sudut pandang dunia kepustakaan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang.[4]
Tujuan utama pemerolehan informasi adalah untuk mendapatkanhasil yang baik dan konsisten dari aspek-aspek kegiatannya dengan pengadaan biaya yang relatif murah. [5]
Siklus informasi adalah gambaran secara umum mengenai proses terhadap data sehingga menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna. Informasi yang menghasilkan informasi berikutnya. Demikian seterusnya proses pengolahan data menjadi informasi.
Data merupakan bentuk mentah yang belum dapat bercerita banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data ditangkap sebagai input, diproses melalui suatu model membentuk informasi. Pemakai kemudian menerima informasi tersebut sebagai landasan untuk membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan operasional yang akan membuat sejumlah data baru. Data baru tersebut selanjutnya menjadi input pada proses berikutnya, begitu seterusnya sehingga membentuk suatu siklus informasi/Information Cycle (Tata Sutabri dalam Riyanto).[6]
Terdapat dua cara memperoleh akses informasi, pertama informasi dapat diperoleh langsung dari si pembuat informasi dengan cara mengakses informasi yang telah direkamnya dalam sebuah media, kedua melalui perantara pusat informasi (perpustakaan).

Perpustakaan dalam siklus transfer informasi dapat digambarkan pada diagram berikut ini:

Fungsi utama perpustakaan pada gambar di atas adalah sebagai mediator antara sekumpulan populasi pengguna perpustakaan dengan timbunan informasi yang tersedia. Perpustkaan harus mampu mendefinisikan penggunanya dengan baik mengenai latar belakang dan kebutuhan informasinya, sehingga perpustakaan mampu menyediakan informasi yang berkualitas serta sesuai dengan kebutuhan penggunanya, seperti halnya definisi informasi yang dipaparkan di atas.
Perpustakaan hanyalah sebuah instansi, tetap saja yang menjalankan fungsi dan peran perpustakaan adalah para agen perpustakaan yaitu pustakawan. Pustakawan dituntut untuk memiliki kompetensi untuk dapat menilai kualitas dari sebuah informasi yang ada sampai nanti akhirnya dapat disajikan dengan baik dan tepat sasaran sesuai dengan pengguna yang membutuhkan. Pengguna perpustakaaan pun mempunyai andil dalam proses pemilihan informasi ini, partisipasi pengguna sangat dibutuhkan untuk mempermudah pustakawan memetakan kebutuhan informasi pengguna perpustakaannya.
Fungsi perpustakaan sebagai mediator bukanlah fungsi yang pasif yang hanya menjadi fasilitator tempat bertemunya pengguna dan informasi, namun lebih dari itu, fungsi perpustakaan sebagai mediator adalah fungsi yang aktif yang mengusahakan memberikan informasi yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya, untuk membantu perpustakaan mengoptimalisasi fungsi tersebut maka dibutuhkan sebuah sistem komperhensif agar dapat menemu kembalikan informasi dengan baik dan relevan sesuai dengan harapan pencari informasi tersebut.[7]

2.2Klasifikasi Informasi Menurut Sumber
A.    Informasi Primer
Sumber informasi primer, atau disebut juga sumber primer merupakan sumber informasi yang memuat informasi asli yang dapat dituangkan dalam bentuk kata, gambar, ataupun objek lainnya. Informasi yang terkandung di dalam sumber primer seringkali tidak mengalami proses penyuntingan, sehingga informasi yang disajikan murni apa adanya.
Dengan kata lain, sumber primer merupakan sumber informasi yang tidak dilengkapi oleh penafsiran, evaluasi, analisis, peringkasan, atau berbagai jenis komentar dari si pengarang. Namun demikian, sumber primer tidak diterbitkan hanya dalam bentuk tertulis. Memoar dan sejarah lisan juga dapat dikategorikan sebagai sumber primer.
Ada dua jenis sumber primer, yaitu naskah (manuscript source) dan sumber yang diterbitkan (published source). Manusrcipt source merupakan rekaman informasi yang masih asli, dapat berupa artefak ataupun naskah yang belum dipublikasikan. Sedangan published source dapat dikelompokkan lagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Dalam bentuk naskah. Misalnya seperti surat, buku harian, dan memoar, yang biasanya baru disebarluaskan / diterbitkan setelah kematian seseorang. Informasi yang terkandung di dalamnya biasanya bersifat pribadi dan mendalam.
2. Materi / rekaman informasi yang memang ditujukan untuk dicetak dan disebarluaskan ke masyarakat. Misalnya seperti artikel di koran, autobiografi, laporan tahunan perusahaan, dan laporan mengenai sensus penduduk.
Sumber primer biasanya dihasilkan oleh orang-orang yang terlibat langsung dalam suatu peristiwa, kegiatan, atau kehidupan seseorang. Sumber primer seringkali dihasilkan pada saat atau sesaat setelah suatu peristiwa terjadi, sehingga dapat dikatakan bahwa sumber primer merupakan bukti pertama dari suatu peristiwa. Beberapa contoh sumber informasi primer, di antaranya yaitu :Korespondensi, buku harian, artefak, rekaman sejarah lisan, data penelitian, foto, memoar dan autobiografi, pidato, karya kreatif, peta, koran, naskah kuno.
B.     Informasi Sekunder
Sumber informasi sekunder. Secara garis besar, sumber sekunder dapat dipahami sebagai sumber informasi yang menyajikan penafsiran, analisis, penjelasan, ulasan dari pengarang terhadap topik tertentu. Sumber sekunder bisa juga berupa analisis atau paparan yang mengambil sumber primer sebagai objek pembahasannya, sehingga dapat dikatakan bahwa sumber sekunder merupakan reproduksi dari sumber primer. Seringkali, sumber sekunder ditulis atau direkam bertahun-tahun setelah suatu peristiwa bersejarah terjadi. Pada beberapa kesempatan, sumber sekunder juga digunakan sebagai sarana untuk mengajukan pendapat ataupun mengungkapkan pernyataan yang mendukung pendapat penting dari seseorang maupun kelompok tertentu. Contoh sumber sekunder seperti: monograf / buku teks, ensiklopedi, paparan tentang fotografi, editorial, ulasan mengenai pidato, artikel majalah atau jurnal, analisis data penelitian, tinjauan (review) artikel dan literatur, tesis dan disertasi, biografi, indeks dan abstrak, kamus.[8]
Kedua sumber tersebut, baik primer dan sekunder memang cukup sulit untuk dibedakan. Suatu sumber primer dapat menjadi sumber sekunder, dan begitu pula sebaliknya, tergantung bagaimana seseorang/pengguna menggunakannya. Sebagai contoh, sumber informasi berjudul Pidato Presiden pada Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 45 dapat menjadi sumber primer apabila yang akan dipelajari adalah makna kemerdekaan selama 45 tahun kemerdekaan RI dari pidato tersebut. Namun, akan menjadi sumber sekunder apabila yang akan dipelajari adalah filosofis asal yang mengilami terciptanya paparan pidato tersebut.
Sumber informasi merupakan penyedia sekumpulan informasi yang telah dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori. Sumber informasi bisa berupa Perpustakaan, Majalah, Surat Kabar dan Website. Dikalangan masyarakat saat ini dimana persaingan bisnis begitu keras, dengan keadaan seperti itu tentunya beberapa kalangan masyarakat yang berfikiran maju berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan informasi sebagai syarat bersaing dalam pasar global ini, dan Internet merupakan salah satu alterinatif baik untuk media pencari dan penyebar informasi dalam pasar global. Dengan media internet semua informasi yang di sediakan oleh website atau Sumber – sumber inforamsi umum di masyarakat saat ini bisa dengan cepat dalam menyebarkan sebuah informasi dan memiliki jangkauan tak terbatas semasih di jangkau oleh jaringan internet
C. Informasi Tersier
Informasi tersier sumber informasi untuk memudahkan para peneliti/para pencari informasi untuk mencari suatu informasi yang mereka cari”, (Lancaster, 1979). Sumber tersier (tertiary sources) merupakan memuat informasi berupa saringan,rangkuman atau kumpulan dari sumber primer dan sekunder.
Contoh-contoh Informasi tersier sebagai berikut:
1.      direktori dan buku tahunan,
2.      daftar dari Bibliografi,
3.      katalog induk majalah,
4.      daftar dari indeks,
5.      daftar dari majalah Abstrak,
6.      petunjuk informasi,
7.      daftar laporan penelitian,
8.      daftar perpustakaan dan sumber informasi,
9.      petunjuk organisasi.[9]

2.3 Pelayanan Informasi di Perpustakaan
Pada mulanya yang dimaksud dengan pelayanan perpustakaan adalah menawarkan segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan kepada para pengguna yang datang ke perpustakaan dan memintanya. Namun, sekarang tidak lagi seperti itu, bahan bacaan dan sumber-sumber informasi lainnya harus sudah tersedia di tempat informasi tadi dibutuhkan. Artinya, setiap pengguna membutuhkan informasi dan sumber-sumber informasi, ia harus dengan mudah bisa mendapatkannya dengan relatif cepat dan tepat. Sumber-sumber informasi harus tersedia di tempat-tempat yang sangat memerlukannya seperti lembaga-lembaga pendidikan, penelitian, dan pusat-pusat informasi. Kecenderungan penerapan konsep pelayanan perpustakaan seperti ini memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut.
1.      Perpustakaan harus mempunyai persediaan informasi dan sumber-sumber informasi yang multitujuan, memadai, dan bervariasi baik dari isi, format maupun ukurannya.
2.      Perpustakaan harus mengorganisasikan dan menawarkan pelayanannya dengan konsep layanan terhantar (tidak hanya menunggu pengguna datang ke perpustakaan).
3.      Seperti halnya pedagang, perpustakaan harus mengembangkan sayap dengan cara memperbanyak jumlah pengguna sebagai komoditas.
Agar perpustakaan bisa berfungsi dengan semestinya, ia harus melengkapi kebijakan, prosedur pengelolaan, pelayanan, koleksi, gedung, dan organisasinya secara bervariasi atau berbagai cara yang menguntungkan bagi perpustakaan. Artinya perpustakaan harus memperluas aksesibilitas informasi dan sumber-sumber informasi dengan alasan tidak ada atau perpustakaan tidak memilikinya. Di samping itu, perpustakaan juga tidak dibenarkan menyediakan informasi dan sumber-sumber informasi yang tidak pernah dibutuhkan pengguna.
Perpustakaan yang cukup besar dan baik selalu memiliki bagian yang bertanggung jawab terhadap pelayanan informasi, bahkan bagian ini sering dijadikan bagian formal yang masuk dalam struktur organisasinya.
Eastrabrook (1997) menggambarkan model pelayanan informasi ini dengan mengibaratkan bahwa pustakawan diibaratkan sebagai operator telepon yang setiap saat bertugas menghubungkan antara sumber-sumber informasi dengan pemanggilnya. Sedangkan masyarakat pengguna diibaratkan sebagai pemanggil yang mencoba memperoleh kemungkinan terbaik yang dihubungkan dengan lingkungan item informasi secara khusus. Para pengguna mencari jenis-jenis informasi yang beragam tersebut sesuai dengan jenis dan tingkat kebutuhannya.
Perpustakaan umum juga perlu melakukan sistem pelayanan dengan sistem ke rumah-rumah dan tempat-tempat pengguna bekerja. Oleh karena itu, sudah merupakan salah satu tugas dari perpustakaan umum untuk mengetahui kelompok-kelompok pengguna berdasarkan ciri dan bidang minatnya secarajelas. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan sistem pelayanan yang diterapkannya.[10]


[1] Dian Puspita, Siklus Transfer Informasi dan Peran Perpustakaan dalam Siklus Tansfer Informasi, melalui https://dianpuspita0903.wordpress.com/2016/03/12/siklus-transfer-informasi-dan-peran-perpustakaan-dalam-siklus-transfer-informasi/
[2] Dwi Sari Rachmawati, Pemahaman Transfer Informasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008, h.15
[3] Pawit M. Yusup, Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, h.347
[4] Ibid. h.11
[5]Ibid. h 346
[7] Yanuar Yoga, Optimalisasi Peran Perpustakaan dalam siklus transfer Informasi, melalui http://yogyeside.blogspot.com/2013/12/optimalisasiperan-perpustakaan-dalam.html.
[9] Yanuar Yoga, Optimalisasi Peran Perpustakaan dalam siklus transfer Informasi, melalui http://yogyeside.blogspot.com/2013/12/optimalisasiperan-perpustakaan-dalam.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2016 pukul 07:35 WIB
[10] Pawit M. Yusup, Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, h.359

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembagian ilmu dari pohon ilmu dan science mapping

evaluasi kinerja simpan dan temu balik informasi